Foto: Baparekraf RI
MEDIAAKU.COM - Monumen Nasional, atau yang lebih dikenal sebagai Monas, adalah salah satu ikon paling terkenal di Jakarta, Indonesia. Monumen ini menjadi simbol kemerdekaan bangsa sekaligus karya arsitektur yang mencerminkan semangat perjuangan rakyat Indonesia. Selain itu, Monas juga menjadi ruang publik yang kaya akan makna sejarah, budaya, dan sosial.
Melansir dari laman kemenparekraf (25/11/2024) Gagasan pendirian Monumen Nasional pertama kali dicetuskan oleh seorang individu bernama Sarwoko Martokoesoemo, meskipun namanya jarang disebut dalam sejarah resmi. Ia mengusulkan pembangunan sebuah monumen untuk mengenang perjuangan bangsa Indonesia, yang terletak tepat di depan Istana Merdeka. Ide ini bertujuan untuk melestarikan semangat perjuangan revolusi kemerdekaan 1945 agar terus menginspirasi generasi penerus.
Presiden Soekarno kemudian mendukung penuh gagasan ini. Beliau ingin Monas menjadi simbol Lingga dan Yoni, yang melambangkan kesuburan, persatuan, dan semangat hidup bangsa Indonesia.
Proses desain Monas melalui perjalanan panjang dengan melibatkan dua arsitek utama yakni Frederich Silaban dan R.M. Soedarsono.
Frederich Silaban, arsitek asal Sumatera Utara yang juga merancang Masjid Istiqlal, menjadi salah satu pemenang sayembara desain Monas pada 1955. Namun, desain awalnya tidak sepenuhnya sesuai dengan visi Presiden Soekarno. Silaban kemudian diminta untuk merevisi desainnya agar mencerminkan konsep Lingga dan Yoni.
Sayangnya, rancangan Silaban menghasilkan monumen yang terlalu besar dan membutuhkan anggaran yang sulit dipenuhi oleh kondisi keuangan negara saat itu. Menyadari keterbatasan ini, Silaban menyarankan agar proyek pembangunan Monas ditunda hingga ekonomi negara membaik.
Setelah Silaban, tugas desain Monas diteruskan kepada R.M. Soedarsono. Ia berhasil menciptakan rancangan yang mengakomodasi keinginan Soekarno. Soedarsono memasukkan elemen angka 17, 8, dan 45—simbol proklamasi kemerdekaan Indonesia—ke dalam ukuran dan proporsi Monas. Proses pembangunan dimulai pada 1961 dan memakan waktu hingga 1975 untuk diselesaikan, menghadapi berbagai tantangan teknis dan finansial.
Monas memiliki tinggi 132 meter dan dilengkapi dengan pelataran serta museum di bagian bawahnya. Puncaknya dihiasi oleh lidah api berlapis emas yang melambangkan semangat perjuangan rakyat Indonesia. Monas tidak hanya menjadi simbol fisik kemerdekaan, tetapi juga sarana edukasi sejarah melalui museum yang memuat diorama perjuangan bangsa.
Selain itu, Monas berfungsi sebagai ruang publik yang sering digunakan untuk berbagai kegiatan sosial dan budaya. Dari perayaan Hari Kemerdekaan hingga acara komunitas, Monas telah menjadi tempat yang menyatukan masyarakat.
Sebagai simbol perjuangan bangsa, Monumen Nasional mencerminkan semangat, kerja keras, dan kreativitas Indonesia. Frederich Silaban dan R.M. Soedarsono berhasil merealisasikan visi besar Soekarno, menciptakan monumen yang tidak hanya megah secara fisik tetapi juga kaya akan makna. Hingga kini, Monas tetap menjadi lambang kebanggaan nasional dan destinasi yang menarik pengunjung dari berbagai penjuru dunia. (*/Stephany)